PESAWARAN, Koranmadura.com – Istri Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti, melanjutkan safari politiknya ke Desa Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, Selasa 9 Januari 2024
Kedatangan Atikoh ke Desa Negeri Katon mendapatkan sambutan hangat dari ratusan ibu yang menunggu kedatangannya di desa itu.
Negeri Katon merupakan desa yang memiliki nilai adat istiadat yang sangat kental hingga saat ini dan memiliki sentra kerajinan kain Tapis Lampung.
Mereka tampak antusias menyambut Siti Atikoh. Dengan wajah tersenyum semringah, Atikoh lalu menyalami para ibu yang menunggunya.
Istri mantan Gubernur Jawa Tengah itu diberi kesempatan oleh ibu-ibu perajin untuk menyulam dan mendapatkan penilaian 100.
“Nilainya berapa?” seloroh Atikoh kepada ibu-ibu tersebut.
“100,” jawab seorang pengrajin bernama Rohailawati yang sudah berusia 72 tahun.
Beberapa perajin juga sempat melontarkan pujian kepada Atikoh.
“Ibu Atikoh cantik,” ucap mereka.
Setelah menyulam, Siti Atikoh kemudian melihat Galeri Tapis, yang lokasinya berada di atas bangunan tempat para pengrajin menenun. Dia kemudian berbincang dengan desainer Tapis bernama Haris.
Seusai berbincang dengan Siti Atikoh, Haris menuturkan bahwa kain Tapis sudah terkenal hingga mancanegara.
“Tenun ini sudah mendunia. Kita waktu itu di New York Fashion Week,” ungkap Haris.
Selain di Amerika Serikat, kata Haris, kain Tapis juga sudah dijajakan di benua Eropa hingga jazirah Arab, di antaranya Belanda dan Dubai.
“Netherland, itu di Bandara Netherland, dan museum tekstil Netherland sama di Dubai yang sudah ada pasarnya,” sambung Haris.
Untuk bisa mengerjakan sebuah kain Tapis berkualitas, Haris mengatakan perlu waktu yang cukup lama.
“Pengerjaan tenunnya cuma satu minggu, cuma yang lamanya itu dari sisi pewarnaan benangnya karena dari pewarna alami. Produksinya itu kalau dihitung sampai hasil jadi sama disulam hampir 20 hari,” jelas dia.
Namun, kerajinan tangan ini berbuah manis tatkala harga sebuah kain Tapis di pasar internasional dihargai tinggi.
“Untuk harga paling murahnya Rp 3,5 juta sampe di angkat Rp 7,5 juta,” ungkapnya.
Siti Atikoh, kata Haris minta agar fokus terhadap pengembangan UMKM yang ada di daerah.
Ia mengaku mendapat pesan dari Siti Atikoh agar tenun ini bisa terus digali dan dilestarikan ke generasi muda.
“Pesannya Bu Atikoh, ini terus digali lagi, dilestarikan lagi karena ini hasil 1905 transmigrasi Jawa ke Lampung. Inilah hasilnya,” tutup Haris. (Gema)