PURWOREJO, Koranmadura.com – Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengaku bakal melakukan eskalasi sentra pembibitan serta pembinaan kawasan penyediaan bibit tanaman hortikultura untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Ini menjadi salah satu cara guna merespons krisis pangan yang kini melanda dunia.
Ganjar Pranowo mengungkapkan hal itu seusai mengunjungi para petani pembibitan hortikultura CV Wahyu Tani Putra serta menyapa masyarakat di Desa Bedono Karangduwur, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Kamis 1 Februari 2024.
Ganjar menyebut Desa Bedono Karangduwur, Kabupaten Purworejo menjadi salah satu contoh bagaimana masyarakat bahu membahu mengolah potensi ekonomi dari pembibitan, hingga menjadi kampung benih berbasis UMKM dengan distribusi benih lebih dari 30 provinsi.
Oleh karenanya, Ganjar bersama pasangannya Mahfud MD ingin mengalokasikan anggaran 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk riset dan pengembangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta mengembangkan potensi-potensi lokal.
“Setidaknya 1 persen dari PDB, kalau itu bisa terpenuhi dahsyat, maka potensi-potensi lokal lain akan muncul dan tidak akan mematikan kearifan lokal yang ada, ternyata mereka luar biasa,” ujar Ganjar.
Sebagai negara agraris, lanjut Ganjar, pertanian adalah sektor menjanjikan guna memperkuat ekonomi bangsa. Sebab pertanian terbukti mampu menjadi tulang punggung sekaligus penyangga ekonomi.
Produksi bibit hortikultura sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri serta mendorong akselerasi ekspor.
Tentu hal ini perlu adanya intervensi atau peran dari pemerintah, perguruan tinggi, maupun lembaga terkait untuk mendukung pertumbuhan sentra bibit unggul tanaman hortikultura.
Peran aktif masyarakat juga diperlukan, termasuk kalangan dewasa dan milenial.
Ganjar-Mahfud akan memprioritaskan pendampingan, pelatihan pembibitan, hingga pendistribusian.
Hal ini selaras dengan apa yang dicanangkan Ganjar-Mahfud pada 21 program unggulannya. Keduanya memiliki program “Petani Bangga Bertani, Pangan Aman, Harga Enak di Kantong”.
“Kalau kita kemudian bisa tau kondisi seperti ini, tinggal BRIN, perguruan tinggi bisa datang untuk melakukan checking kondisinya seperti apa, kalau kualitasnya sudah bagus tinggal massal, dan kemudian kurang bagus, barangkali akan bisa memberikan pelatihan,” pungkas dia. (Gema)