Luar biasa yang terjadi di era sekarang ini. Hanya perlu waktu sembilan tahun untuk membentuk dinasti, yang bukan hanya melabrak perundang-undangan tetapi juga fatsun politik, kesantunan politik. Tidak ada di dunia ini seorang Presiden yang sedang menjabat membiarkan anaknya menjadi Cawapres.
Menarik keluarga ke dalam wilayah kekuasaan bukan hanya pada konstestasi Pilpres.
Sebelumnya, Gibran telah menimbulkan kekhawatiran ketika ‘dipaksakan’ menjadi Walikota Solo. Lalu, sang menantu Bobby menjadi Walikota Medan. Tak ketinggalan Kaesang, sang putra bungsu hanya dalam dua hari menjadi anggota partai, langsung tampil sebagai Ketua Umum PSI.
Luar biasa bukan?
Yang juga layak menjadi perhatian adalah penghancuran akhlaq berpolitik. Bagaimana mungkin seorang kader PDI Perjuangan, mendapatkan rekomendasi tanda tangan Ibu Megawati sampai lima kali ditambah rekomendasi untuk sang anak dan menantu tanpa rasa bersalah kemudian mengkampanyekan partai lain. Dasyat. Luar biasa.
Masyarakat di negeri ini dipertontonkan perilaku politik, yang luar biasa ironis bahkan dapat disebut tragedi moral politik. Apalagi dilakukan oleh seorang pejabat tertinggi.
Entah bagaimana anak-anak muda di masa depan, yang terjun ke politik. Semoga saja tidak tertular mencontoh perilaku politik yang sangat penuh kontroversi.
Wacana penunjukan Gubernur Jakarta, belakangan ini, yang sempat menjadi bahan tertawaan beberapa anggota DPR berpotensi melengkapi compang camping dunia politik dan kehidupan demokrasi.
Jangan bicara soal pertimbangan kualitas dan kapasitas kepemimpinan. Sangat jauh berbeda dibanding era Orde baru.