SAMPANG, koranmadura.com – Forum Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mulai mengenalkan Gerakan Sadar Air Hujan (Gesapu) kepada puluhan masyarakat yang tergabung dalam Desa Tangguh Bencana (Destana). Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu sore, 3 April 2024.
Praktik Gesapu dilakukan di kantor Balai Desa Panggung, Kecamatan Sampang, dihadiri oleh perwakilan dari 10 desa yang telah membentuk dan dibina oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU)-Siap Siaga Jatim dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang.
Desa atau Kelurahan yang terlibat antara lain Desa Panggung, Pasean, Gunung Maddah, Banyumas, Desa Tanggumong, Kelurahan Polagan, dan Kelurahan Banyuanyar di Kecamatan Sampang. Serta Desa Karang Penang Onjur, Tlambah, dan Bulmatet di Kecamatan Karang Penang.
Ketua Koordinator Gesapu Forum PRB Kabupaten Sampang, Feri Joesoef Darjanto, menjelaskan bahwa wilayah Sampang memiliki beragam kerawanan bencana, termasuk banjir dan kekeringan sebagai yang paling signifikan.
“Saat musim hujan, Sampang sering dilanda banjir, dan saat musim kemarau, kekeringan menjadi masalah. Oleh karena itu, pada musim hujan kita harus memanfaatkan air hujan untuk kebutuhan musim kemarau,” katanya.
Melalui Gesapu, Feri Joesoef Darjanto menekankan bahwa masyarakat harus memanfaatkan air hujan dengan baik dengan melakukan perlakuan sederhana untuk mengubahnya menjadi air bersih atau lebih bersih dari sebelumnya.
“Kita hanya membutuhkan pipa paralon dan filter. Meskipun tangki penyimpanan mungkin menjadi investasi, namun dapat menggunakan wadah yang tersedia atau peralatan sederhana yang terjangkau,” tambahnya.
Namun, yang terpenting dalam pemanfaatan air hujan adalah proses filtrasi dan penyimpanan yang tepat.
“Semakin baik proses filtrasi dan penyimpanan, maka air akan tahan lama dan dapat dimanfaatkan sebagai air bersih saat musim kemarau,” jelasnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Candra Romadhani Amin, yang hadir dalam kegiatan praktik panen air hujan, menyambut positif inisiatif ini. Menurutnya, praktik panen air hujan sangat penting agar air hujan yang turun tidak terbuang sia-sia ke laut. Dengan demikian, air yang telah ditampung dengan baik dapat dimanfaatkan kembali, terutama bagi masyarakat di daerah rawan kekeringan.
“Jika semua masyarakat melakukannya, maka air hujan tidak hanya akan mencegah erosi, tetapi juga dapat dimanfaatkan kembali,” ungkapnya. (MUHLIS/DIK)