Oleh: Miqdad Husein
Perbincangan tentang kemungkinan terjadi keretakan hubungan Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka makin kerap muncul di berbagai media, terutama media sosial.
Topik itu mengemuka demikian semarak pasca muncul kontroversi akun @fufufafa, yang diduga merupakan Gibran.
Persoalannya tentu saja bukan sekedar konten akun biasa. Jika sekedar berisi hal-hal umum mungkin tak akan menarik perhatian.
Bahkan jika misalnya, berisi kritikan sepedas apapun, masih akan dianggap biasa.
Masyarakat Indonesia masih ingat ketika politisi Partai Demokrat Andi Arief demikian keras mengkritik Prabowo dengan menyebut Jenderal kardus.
Namun, karena lebih merupakan kritik, sekalipun sangat tajam, pelan-pelan tensinya menurun.
Dalam kasus Fufufafa memang agak berbeda sekali. Akun itu ketika Pilpres – terutama tahun 2014 yang terjadi persaingan keras antar kandidat Capres Cawapres- isinya cenderung mengarah pada penghinaan pribadi.
Jadi, bukan lagi kritik memperdebatkan gagasan, rekam jejak kepemimpinan misalnya.
Akun itu demikian galak dan kasar dalam menyerang lawan sampai memasuki wilayah pribadi serta keluarga Probowo dengan berbagai lontaran kalimat kasar. Jadi, berbeda sekali dengan berbagai kritik umumnya, seperti mengkritisi kepemimpinan Prabowo saat masih aktif sebagai tentara.
Kalau soal kritik rekam jejak kepemimpinan mudah sekali ditemukan. Termasuk kritik tindakan dugaan keterlibatan Prabowo dalam persoalan penculikan. Masih dalam batas saling mengkritisi rekam jejak kepemimpinan.
Pada berbagai point inilah yang berbeda antara kritik kebanyakan dengan konten akun Fufufafa.
Penghinaan, ledekan dan berbagai ujaran kasar diarahkan kepada Prabowo oleh akun Fufufafa. Juga, kepada keluarga Prabowo, yang sama sekail tidak menjadi bagian dari kontestasi.
Apakah benar itu akun Gibran? Data-data di media sosial memang berhamburan yang menegaskan mengarah kepada dia.
Termasuk belakangan ketika seorang nitizen mengirim Gopay ke akun tersebut ternyata yang muncul nama Gibran. Sejauh mana kebenarannya, masih simpang siur hingga sekarang ini.
Namun suasana kurang ‘asyik’ ini jelas agak menghawatirkan bagaimana kelangsungan duet Prabowo-Gibran. Belum apa-apa sudah ada yang khawatir Gibran akan gagal dilantik.
Sebuah situasi yang sebenarnya tak hanya terkait akun Fufufafa tetapi juga masalah gugatan keabsahan pencalonan Gibran ke PTUN.
Di luar persoalan hukum yang memang dari sejak awal bermasalah, ingat proses di Mahkamah Konstitusi (MK), lalu di KPU hingga lima kali Ketua KPU melanggar etika, banyak yang khawatir duet Presiden dan Wakil Presiden terpilih itu bisa berantakan prematur.
Ini belajar dari berbagai kejadian kepemimpinan Kepala dan Wakil Kepala Daerah di sebagian besar daerah di Indonesia.
Data dari Kementrian Dalam Negeri mengungkapkan pasangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang masih mencalonkan diri pada periode kedua, hanya lima persen.
Sebuah angka yang menegaskan bahwa ketakharmonisan demikian kental antara kepala daerah dan wakilnya. Apalagi banyak data mengungkapkan pada triwulan pertama saja, kepala daerah dan wakilnya sudah pisah ranjang. Yang satu ke Barat satu ke Timur.
Nah, kita tahu pasangan Pilkada demikian harmonis penuh kemesraan awalnya. Sangat rukun dan kompak. Namun, di tengah jalan, bahkan awal saja sudah saling memunggungi.
Dengan perbandingan sederhana itu wajar ada kekhawatiran hiruk pikuk soal Fufufafa, lebih serius dari berbagai pecah kongsi dalam produk Pilkada. Awalnya saja, sudah seperti sekarang apalagi nanti ketika kepemimpinan mulai berjalan.
Jangan lupa, di luar persoalan Fufufafa dan persoalan hukum, masyarakat Indonesia tentu mengetahui berbagai kegagalan alias berantakan rencana koalisi Pilkada, yang sebelumnya telah disepakati. Yang terjadi ‘perubahan’ setelah disepakati di Provinsi Banten hanya satu contoh, yang di daerah lain juga banyak terjadi. Ini menjadi tanda-tanda ada jarak yang mulai terbentang antara Presiden Jokowi dan Presiden terpilih Prabowo.
Masyarakat Indonesia jelas berharap semua baik-baik saja. Tidak ada kegaduhan berarti.
Apapun masalahnya, seberat apapun, diharapkan diselesaikan melalui proses konstitusional.
Terlalu besar resikonya jika harus pakai turun ke jalan dan ribut segala. Tantangan besar, seperti persoalan kemiskinan, keterbelakangan, pengelolaan sumber daya, keterpurukan ekonomi dan banyak lagi masih menjadi PR besar Presiden terpilih Prabowo. Semua jelas akan lebih mudah dapat diatasi dalam suasana negara yang damai, tentram tanpa kegaduhan. Demikianlah.