Oleh: Miqdad Husein
Keputusan PTUN yang menolak gugatan PDI Perjuangan tentang keabsahan pencalonan Gibran ternyata tak menyelesaikan masalah.
Keputusan itu justru makin mempertegas tentang berbagai masalah yang menyelimuti peradilan di negeri ini.
Setelah Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan persoalan persyaratan umur, yang memberi karpet merah pada Gibran, putra mahkota Presiden Jokowi, muncul keputusan Mahkamah Agung, yang memberikan keuntungan kepada putra Jokowi lainnya, Kaesang untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah.
Beruntung MK, yang sudah kembali streril dari permainan kotor paman Anwar Usman, meluruskan keputusan MA.
Namun seperti telah terjadi, keputusan MK, yang meluruskan keputusan MA sempat mendapat perlawanan dari DPR, yang kala itu praktis diduga menjadi corong kepentingan Jokowi.
Beruntung masyarakat bereaksi cepat memberikan tekanan melalui demonstradi besar-besaran kepada DPR yang ingin melawan keputusan MK melalui pengesahan RUU Pilkada, yang mengakomodir kepentingan Kaesang, sang putra Jokowi. DPR akhirnya kembali ke jalan yang benar.
Rupanya tak cukup MK, MK, PTUN pun agaknya menjadi sasaran permainan kepentingan. Gugatan keabsahan Gibran yang secara kualitatif dan kuantitatif, materiil, kasat mata memang melanggar proses dan persyaratan PKPU, yang belum dirobah, ternyata aman.
Semua masyarakat mengetahui Gibran jelas tidak memenuhi syarat saat mendaftar. Itu artinya, PTUN dapat melihat dengan jelas keabsahan pencalonan Gibran.
Semakin lengkap di masa kepemimpinan Jokowi, semua diacak-acak. MK, MA, DPR, KPU demi kepentingan keluarga Jokowi, dirusak habis. PTUN sekalipun keputusannya, terjadi di era kepemimpinan Presiden Prabowo, sulit dilepaskan dari kepentingan kepemimpinan sebelumnya.
Dengan realitas politik penuh carut marut, bukan hal luar biasa jika kalangan masyarakat menengah ke atas, sepertinya tetap ramai terutama di media sosial.
Menyangkut Presiden Prabowo praktis hampir tak ada suara sumbang. Masyarakat, tampak sekali legawa menerima sebagai pemimpin negeri ini lima tahun ke depan. Tidak ada ‘serangan’ kepada Presiden Prabowo. Kalau toh ada kritik, lebih bersifat pada kebijakan, yang lumrah saja, termasuk misalnya pilihan pada anggota kabinet.
Secara keseluruhan masyarakat menerima kepemimpinan Presiden Prabowo. Mereka yang memilih Ganjar Mahfud, maupun Anies Muhaimin, sudah move on, menerima kepemimpinan Presiden Prabowo.
Termasuk sosok-sosok lawan dalam konstestasi seperti Ganjar Pranowo, Anies, Mahfud MD, secara terbuka memberikan dukungan kepada kepemimpinan Presiden Prabowo.
Berbeda sikap dan pandangan masyarakat terhadap Gibran Rakabuming. Sampai detik ini, masyarakat menengah ke atas menolak keras Gibran. Apalagi, kalau bukan karena dari sejak awal tampil Gibran dalam konstestasi memang merupakan produk pelanggaran etika, penuh pelanggaran aturan, sampai pada soal teknis.
Barangkali baru kali ini masyarakat demikian terpecah sikapnya kepada duet kepemimpinan. Di satu sisi memberikan dukungan kepada Presiden Prabowo, di sisi lainnya menolak Gibran sebagai Wapres, karena dianggap bermasalah.
Dari kenyataan inilah sungguh berat tugas Presiden Prabowo dalam memimpin negeri ini ke depan. Sebelum menyelesaikan berbagai tentangan negeri ini, yang terbentang di depan mata, harus menghadapi fakta bahwa pasangannya, ditolak masyarakat. Apalagi setelah muncul kasus fufufafa, yang diduga merupakan akun milik Gibran, yang demikian luar biasa menghina Prabowo dan keluarganya.
Bukan hal aneh bila kehadiran Gibran disamping Presiden Prabowo bukan meringankan beban melainkan menjadi kerikil dalam sepatu, yang dapat mengganggu langkah Presiden Prabowo dalam menyelesaikan persoalan negeri ini.
Untungnya, Wapres, tak lebih dari ban serep. Mungkin cara terbaik yang perlu dilakukan Presiden Prabowo, agar janji-janji kampanye dapat dilaksanakan dengan baik, mendengarkan kekecewaan dan penolakan masyarakat pada Gibran, dengan menempatkannya -itu tadi, sebagai pajangan alias ban serep. Hanya itu cara agar Presiden Prabowo lebih optimal memimpin negeri ini.
Selamat bekerja jenderal. Rakyat siap memberikan dukungan.