SAMPANG, koranmadura.com – Rencana akuisisi PT. Sampang Sarasan Shorebase (PT. SSS) oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Sampang, yakni PT. Geliat Sampang Mandiri (PT. GSM) akhirnya terwujud.
Saat ini, 48 persen saham PT. SSS milik PT Petrogas Wira Jatim (PT PWJ) kini sudah dimiliki PT GSM. Sehingga komposisi saham di PT SSS kini menjadi 99 persen milik PT GSM dan 1 persen milik PKPRI Sampang.
Semula, komposisi saham PT. SSS adalah 51 persen miliki PT. SSS, 48 persen milik PT. PWJ, dan 1 persen milik PKPRI Sampang. “Alhamdulillah Juli 2024 lalu, akuisisi saham PT SSS sudah selesai. Kini 99 persen saham PT. SSS senilai Rp 2.475.000.000 sudah sepenuhnya dimiliki oleh Pemkab Sampang. Sisanya 1 persen, atau senilai Rp 25 juta dimiliki oleh PKPRI,” ujar Direktur Utama Pt . GSM, Moh Tamsul, Selasa, 29 Oktober 2024.
Namun demikian, saat ini menurutnya PT. SSS masih masuk kategori perusahaan menengah ke bawah. Perusahaan tersebut hanya bisa mengikuti tander maksimal Rp20 miliar. Oleh karenanya ia berencana mengajukan tambahan modal dari Pemkab Sampang.
“Akan tetapi, kalau dividen dari PT. SSS belum maksimal di setor ke PT GSM, ya maka kami juga akan kesulitan dalam mengajukan tambahan modal kepada Pemkab. Kita sama-sama tahu lah kondisi daerah, dan itu bukan hanya di Sampang, daerah lain pun sama. Mungkin nanti kalau perekonomian sudah mulai stabil dan APBD Sampang sudah bagus, mungkin nanti kami akan mengajukan tambahan modal,” katanya.
Saat ini, modal disetor oleh Pemkab Sampang di PT. GSM hanya 2,5 miliar. Padahal semula direncanakan 10 miliar.
Disinggung soal penyetoran dividen PT SSS kepada PT GSM selama beberapa tahun terakhir, Tamsul menyatakan PT SSS sempat nol penghasilan bahkan sempat setor senilai Rp50-60 juta. Kemudian, setelah dilakukan efisiensi baru terjadi income senilai Rp2,4 miliar.
“Dividen PT SSS di tahun 2023 lalu mencapai Rp2,2 miliar secara umum sebelum dibagi dengan PT PWJ dan PKPRI berdasarkan komposisi persentase saham yang dimiliki. Kemudian pada 2022, dividen PT SSS mencapai Rp2,1 miliar secara umum. Jadi rata-ratanya sekitar Rp2 miliar,” paparnya. (MUHLIS/OBETH)