JAKARTA, KORANMADURA.COM – Volatilitas sedang terjadi di saham dan rupiah hari ini, dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dalam, dan rupiah terdepresiasi sampai level 16,840.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul mengatakan bahwa selama belum ada kejelasan tentang kesepakatan ekonomi antara Donald Trump dan banyak negara, termasuk Indonesia terkait perdagangan maka pasar akan kesulitan untuk membaca prospek ekonomi, sehingga penurunan harga saham menjadi hal yang jaman terjadi.
Karenanya, untuk meminimumka hambatan dari masalah global, pemerintah, otoritas fiskal dan Bank Indonesia (BI) harus bahu membahu untuk menjelaskan ke pasar keuangan bahwa telah dilakukan langkah-langkah seperti diversifikasi partner dagang dan penguatan daya beli dan konsumsi dalam negeri.
“Tanpa adanya komunikasi dari Presiden dan mentri-mentri, pasar akan kehilangan arah. Pada siang ini sedang dilaksanakan Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri,” imbuhnya.
Fakhrul yang hadir pada pertemuan ini menuturkan, forum seperti ini baik untuk dilakukan.
Presiden sebagai kepala negara harus membangun optimisme, sementara nanti para mentri harua memberikan langkah teknis dan kongkrit untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik dari gempuran tarif.
Hal yang penting pasar tahu untuk kestabilan saham adalah terkait butir-butir kesepakatan yang bisa diajukan oleh Indonesia kepada Amerika Serikat.
Komunikasi strategis ini penting untuk membangkitkan kepercayaan pasar dan masyarakat.
Untuk Rupiah sendiri, Fakhrul menilai level 16,800 untuk satu dollar sudah mahal dan bisa dianggap overshoot.
Kalau nanti Rupiah lebih lemah lagi dalam beberapa hari kedepan, orang Indonesia yang memegang dollar disarankan untuk menukarkan Dollarnya menjadi rupiah, dan bisa pula di investasikan di aset dalam negeri yang sudah murah.
Kondisi saat ini berbeda, ujar Fakhrul.
Dengan tingkat hutang luar negeri non rupiah yang rendah, pelemahan rupiah akan meningkatkan prospek perekonomian berbasis ekspor komoditas seperti di sumatra dan Kalimantan.
“Kewaspadaan itu harus, tapi optimisme tetap harus dijaga ditengah tantangan-tantangan yang ada,” imbuhnya. (HARD)