SUMENEP – Meski belum ada gudang tembakau yang melakukan pembelian, harga tembakau lebih baik dari musim tembakau tahun lalu. Saat ini harga tembakau ditingkat tengkulak mencapai Rp 40 ribu per kilogramnya.
Di beberapa daerah petani sudah memasuki musim panen. Namun, sebagian yang lain baru memulai menanam bibit. ”Hasil pantauan kami di lapangan, harga tembakau ditingkat pengepul sudah mencapai Rp 28 hingga Rp 40 ribu per kilogramnya, tergantung kualitas tembakaunya,” kata Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perhutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep Nasah Bandi, di kantornya, Selasa (3/9).
Pantauan Dishutubun Sumenep, tembakau yang sudah panen mayoritas yang berada di lahan tegal dan pegunungan seperti di Kecamatan Bluto, Saronggi dan Lenteng. Sedangkan di wilayah lain, masih belum panen karena menanamnya lebih akhir. ”Dan ada pula yang baru tanam. Yang panen itu hanya di daerah pegunungan dan tegal,” ungkapnya.
Dia memastikan, hingga saat ini belum ada gudang yang melakukan pembelian karena seperti pengalaman tahun-tahun lalu, satu minggu sebelum dan sesudah pembukaan
atau pembelian tembakau, gudang pasti mengirim surat ke dishutbun sebagai bentuk pemberitahuan. ”Hingga saat ini, tidak satu pun gudang yang mengirim surat ke kami, bertanda belum melakukan pembelian tembakau,” jelasnya.
Minim Tembakau
Tingginya harga tembakau diduga karena minimnya tembakau. Dari jumlah petani tembakau di Sumenep, hanya sekitar 25-30 persen yang menanam tembakau, selebihnya enggan menanamnya akibat anomali cuaca. ”Kalau kami lihat, petani tembakau memang banyak yang tidak menanam sehingga persediaan tembakau minim dan itu yang menyebabkan tingginya harga tembakau,” ujarnya.
Ploting area tanam tembakau tahun ini tidak sesuai dengan realisasinya. Perbandingan rasio cukup mencolok. Ploting area tanam tembakau dari 19 kecamatan seluas 19.072 hektare, produksi pertonnya sebesar 11.479 ton. Sedangkan produktivitas perkilogramnya dalam setiap hektare 10.517, dari total keselurahan lahan tegalan di 18 kecamatan, daratan maupun kepulauan. Hanya 40 hektare lahan tembakau untuk jenis sawah yang berada di Kecamatan Saronggi.
Untuk lahan jenis tegalan, penanaman tembakau seluas 2789,94 hektare, lahan pegunungan 6251,52 hektare dan jumlah lahan dari tanaman tembakau sekarang, semuanya berjumlah 9683,46 hektare. Sementara bibit yang rusak, menurut Nasah Bandy seluas 3924 hektare. “Kalau tingkat kerusakan ditiap kecamatan variatif, namun yang terbanyak di wilayah Pasongsongan, mencapai 833,11 hektare dari ploting area 4.278 hektar,” tuturnya.
Selain itu, bagi petani yang tidak tanam tembakau, menanam tanaman pengganti sebagian besar berupa padi. Namun dibeberapa wilayah juga ada yang menanam cabai, jagung, bawang, dan kacang tanah. (athink/rif/mk)