Oleh: MH. Said Abdullah*
Tahun 2019 yang baru saja dilalui beberapa hari akan menjadi tahun bernilai strategis bagi rakyat Indonesia. Pada tahun ini seluruh rakyat akan menentukan ke mana arah perjalanan Indonesia ke depan. Di tahun ini akan diselenggarakan Pemilu Legislatif dan Pilpres secara bersamaan yang akan menentukan pemimpin di negeri ini. Karena itu bisa dimengerti jika 2019 disebut sebagai tahun politik.
Sebagaimana lazimnya momen politik, apalagi menyangkut pemilihan kepemimpinan nasional, potensi dinamika dan riak-riak serta gesekan kepentingan akan selalu muncul di tengah masyarakat. Semangat para pendukung masing-masing calon pemimpin nasional kadang memang sangat bergairah hingga memunculkan fanatisme berlebihan.
Media sosial yang kini menjadi bagian kehidupan kemasyarakatan seringkali berperan menjadi pemicu fanatisme berlebihan sehingga menimbulkan gesekan-gesekan ketegangan. Media yang praktis jauh dari jangkauan kontrol itu mudah sekali dijadikan titik masuk ekspresi fanatisme para pendukung. Alih-alih mencerahkan kadang yang terjadi sebaliknya: meningkatkan berbagai pengerasan kelompok para pendukung.
Belakangan ini sangat disadari media sosial seperti kebablasan dalam komunikasi persaingan di antara para pendukung masing-masing kandidat. Hoaks, fitnah, ujaran kebencian mudah sekali beredar luas di tengah masyarakat melalui media sosial. Media sosial tak bisa dipungkiri berperan besar dalam memicu ketegangan di tengah masyarakat; sebuah kondisi yang sebelumnya tak terbayangkan terjadi dalam momen Pemilu di negeri ini.
Suasana berbeda dari Pemilu-pemilu sebelumnya itu perlu diwaspadai jangan sampai menimbulkan konflik sosial di antara para pendukung. Seluruh lapisan masyarakat, terutama para elite politik selayaknya mengendalikan diri agar negeri ini tidak terjerumus konflik berkepanjangan.
Siapapun yang mencintai negeri ini perlu belajar dari konflik di berbagai negara seperti di Suriah, Yaman, Irak, Afghanistan dan beberapa negara lainnya. Ketegangan berdarah-darah terbukti telah menciptakan kesengsaraan dan penderitaan serta nestapa luar biasa. Air mata dan darah menggoreskan kepahitan dan kondisi traumatic tiada terperikan.
Masyarakat di negeri ini perlu mengingat dan mewaspadai bahwa selalu ada kelompok-kelompok kepentingan yang ingin mengeruk keuntungan dari situasi konflik di negeri ini. Mereka hanya berpikir bagaimana mendapatkan keuntungan tanpa mempedulikan derita rakyat.
Sudah menjadi rahasia umum Indonesia merupakan negara memiliki kekayaan alam luar biasa. Sumber daya alam negeri ini dari sejak ratusan tahun lalu telah mengundang berbagai kekuatan luar untuk menguasainya. Penjajah Belanda dan Jepang adalah contoh sangat jelas betapa Indonesia memang sangat mempesona karena kekayaan alamnya yang luar biasa.
Ketika Indonesia merdeka Proklamator Bung Karno memahami dan menyadari sepenuhnya tentang potensi Indonesia. Dalam berbagai kesempatan Presiden pertama itu selalu mengingatkan tentang bahaya dan ancaman kekuatan asing yang ingin mencaplok dan menguasai kekayaan Indonesia.
Di era modern seperti sekarang ini ancaman seperti ditegaskan Bung Karno sangat kasat mata masih selalu mengintai negeri ini. Secara taktis tidak lagi dalam bentuk penguasaan melalui kolonialisme konvensional. Penguasaan era sekarang ini melalui kolaborasi kepemimpinan terpilih atau melalui cara-cara penciptaan konflik seperti terjadi di Suriah, Irak dan beberapa negara lainnya.
Mereka hembuskan provokasi mengadu domba rakyat melalui berbagai jaringan komunikasi dan informasi, termasuk media sosia. Mereka ciptakan konflik sehingga rakyat sibuk dalam pertikaian. Lalu, di saat rakyat berdarah-darah dalam konflik mereka kemudian berusaha menguasaai berbagai potensi kekayaan negeri ini.
Seluruh rakyat yang mencintai negeri ini perlu mewasdapai siapapun yang sengaja menaburkan permusuhan melalui berbagai cara kasar maupun halus. Baik lewat sentimen politik, agama, budaya, fitnah, Hoaks dan cara-cara kotor lainnya. Momenum Pemilu paling sering menjadi titik masuk menciptakan kekeruhan dan konflik baik melalui provokasi ketegangan maupun menebarkan ketakpuasan pada proses Pemilu.
Marilah diawal tahun ini, seluruh rakyat menegaskan tekad kesungguhan untuk menjaga kedamaian negeri ini. Perbedaan pilihan dalam proses Pemilu jangan sampai meretakkan hubungan persaudaraan anak bangsa. Kedamaian, persatuan dan persaudaraan harus dijaga bersama jika ingin negeri ini menjadi lebih baik.
*Wakil Ketua Banggar DPR RI.