SUMENEP, koranmadura.com – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak menampik bahwa dalam beberapa waktu terakhir harga gula pasir naik cukup drastis, dari Rp 14.000 hingga di kisaran Rp 17 sampai Rp 18 ribu.
Keplaa Bidang Perdagangan Disperindag Sumenep, Ardiansyah menyampaikan, lonjakan harga gula pasir tidak hanya terjadi di wilayahnya. Di beberapa tempat lain di Indonesia juga mengalami hal serupa.
Baca: Harga Gula Pasir Naik Drastis, Pedagang di Sumenep: Baru Kali Ini
Bahkan menurut dia, di Sumenep masih bisa dibilang beruntung. Sebab meski harganya mengalami kenaikan cukup drastis, namun stoknya masih ada di pasaran. Padahal di daerah-daerah lain terutama di luar Pulau Jawa, berdasarkan informasi yang didapat pihaknya, stoknya mulai tidak ada.
Salah satu faktor terjadinya hal tersebut, menurut dia karena stok gula pasir berkurang. “Stoknya berkurang sejak ada isu kemarin,” katanya, tak menjelaskan lebih detil yang dimaksud “isu kemarin”.
Sekadar diketahui, dalam beberapa bulan terakhir isu global yang cukup hangat ialah wabah virus Corona atau COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubie, China. Bahkan hingga kemarin, 9 Maret 2020, di Indonesia sendiri sudah ada 19 orang dinyatakan positif terjangkit COVID-19.
“Sebenarnya, khusus untuk barang-barang seperti ini, gula pasir, tidak ada hubungannya dengan isu yang kemarin itu,” tambahnya.
Sementara dikonfirmasi lebih lanjut mengenai langkah pemerintah dalam menyikapi lonjakan harga gula pasir, menurut dia Kementerian Perdagangan sudah mengeluarkan surat izin impor gula pasir.
Hal tersebut sekaligus sebagai antisipasi menjelang bulan Ramadan. Jumlah gula pasir yang akan diimpor informasinya mencapai 400 ribu ton. Salah satu importirnya adalah Bulog.
“Impor gula pasir ini direncanakan sudah masuk sebelum April. Semoga dengan ini harga gula pasir bisa turun atau normal kembali,” papar dia seraya berharap. (FATHOL ALIF/ROS/VEM)