PAMEKASAN, koranmadura.com – R.KH. Abd Hamid Baqir lahir di Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Desa Potoan Daja, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
R.KH.Abd Hamid Baqir merupakan putera tertua dari pasangan R.KH. Abd Majid dan Nyai Aisyah, yang memiliki garis keturunan langsung dari R.KH. Abd Hamid, putera dari pendiri Ponpes Darul Ulum Banyuanyar, R.KH. Isbat.
Wakil Ketua Persatuan Alumni Banyuanyar (Peradaban) Zainuddin Syarif menuturkan, R.KH.Abd Hamid Baqir memilik komitmen besar terhadap dunia pendidikan bidang keagamaan, komitmen tersebut dibuktikan dengan kegemaran R.KH.Abd Hamid Baqir menuntut ilmu di banyak tempat, diantaranya Ponpes Siwalan Panji, Sidoarjo.
Setelah beberapa tahun menimba ilmu di Ponpes Siwalan Panji, R.KH. Abd Hamid Baqir, pindah ke Makkah Al-Mukarromah, Saudi Arabi, untuk mendalami ilmu tafsir al-qur’an. Saat itu R.KH.Abd Hamid Baqir berguru kepada Syeikh Alawai.
Kegemaran R.KH. Abd Hamid Baqir menimba ilmu memberi pengaruh dan nilai tersendiri bagi kepakaran dan keilmuannya, sehingga membuat namanya sangat dikenal pada masanya.
“Masa muda R.KH. Abd Hamid Baqir labih banyak habiskan untuk menimba ilmu agama di banyak tempat,” ungkap Zainuddin Syarif, usai acara seminar Nasional Mengenang 40 Tahun Wafatnya R.KH. Abd Hamid Baqir, di halaman Ponpes Darul Ulum Banyuanyar, Jumat, 25 Desember 2020.
R.KH. Abdul Hamid Baqir merupakan ulama besar dan populer di Madura, nama besarnya tidak lepas dari sepak terjang kepemimpinan dan peran dakwahnya, baik kepemimpinan dan dakwah di internal Ponpes Darul Ulum Banyuanyar maupun peran sosial di kalangan masyarakat.
Peran R.KH. Abd Hamid Baqir di Ponpes Darul Ulum Banyuanyar cukup besar. Ulama yang dikenal dengan jiwa dakwah totalitas itu tercatat sebagai pengasuh generasi keempat, R.KH. Abd Hamid Baqir melanjutkan kepemimpinan dari ayahnya, R.KH. Abdul Majid, yang pada saat itu memilih bermukim ke luar sekaligus mendirikan Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata.
Berbekal semangat juang dakwah, R.KH. Abd Hamid Baqir mengharuskan dirinya menjalankan kepemimpinan dua Ponpes sekaligus, selain Banyuanyar, beliau memimpin Ponpes An-Nur, Kali Baru, Banyuangi, yang dirintis sejak tahun 1957.
“Peran itu tetap beliua jalankan secara maksimal meski harus membagi waktu dan tenaga di dua tempat berbeda, anatara pulau Madura dan Banyuangi,” tutur Zainuddin Syarif, yang saat ini menduduki jabatan Direktur Pascasarjana IAIN Madura.
“Bercermin pada perjuangan beliau, maka sangat beralasan jika banyak kajian agama dan kepesantrenan di Madura, beliau dikenal sebagai ulama jiwa dakwah totalitas yang mengajarkan arti tanggung jawab kepemimpinan serta keteladanan diri yang luhur dan penuh bijaksana,” (RIDWAN/ROS/VEM)