JAKARTA, Koranmadura.com – Ketua DPR RI Puan Maharani diterima dengan defile pasukan Kerajaan Kamboja saat mengunjungi Raja Norodom Sihamoni di kawasan Chaktomuk, Phnom Penh, Jumat 25 November 2022 pagi.
Bahkan Raja Norodom Sihamoni menyambut Puan Maharani di tangga teras istana. Begitu tiba, Puan Maharani langsung diajak ke ruang tamu kerajaan dan keduanya berbincang hangat cukup lama.
“Saya merasa sangat terhormat untuk dapat bertemu dengan Yang Mulia, Raja Norodom Sihamoni, yang merupakan simbol persatuan nasional, perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bagi rakyat Kamboja,” kata Puan Maharani dalam rilis yang diterima di Jakarta.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu terakhir bertemu dengan Raja Norodom Sihamoni pada Februari 2019 lalu. Saat itu ada acara Joint Cultural Performance di Phnom Penh dalam rangka 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Kamboja.
Cucu Soekarno ini mengenang hubungan sang kakek dengan ayah Raja Norodom Sihamoni, Raja Norodom Sihanouk. Puan mengatakan, kedua pimpinan Indonesia dan Kamboja terdahulu itu punya hubungan yang cukup spesial.
“Presiden pertama Indonesia, Bapak Soekarno dan Yang Mulia Raja Norodom Sihanouk merupakan sahabat dan bahkan sudah seperti keluarga, dan mereka bertemu secara rutin,” ucapnya.
Puan mengungkap, Soekarno dan Raja Sihanouk saling kunjung masing-masing sebanyak 5 kali dari tahun 1959 -1965. Bung Karno disebutnya merupakan kepala negara/pemerintahan yang paling sering datang ke Phnom Penh.
“Presiden Soekarno menyukai beberapa kota di Kamboja, seperti Phnom Penh, Sinahoukville, dan Angkor. Kamboja seperti rumah kedua bagi Presiden Soekarno saat itu,” jelas Puan.
Raja Sihanouk sendiri mendapat gelar doktor kehormatan dari Universitas Gajah Mada (UGM), sementara Presiden Soekarno mendapat doktor kehormatan dari Royal University Phnom Penh. Puan juga mengapresiasi bentuk penghargaan yang diberikan Kamboja untuk Indonesia.
“Saya mendengar lagu Bengawan Solo dan Halo-halo Bandung juga populer dinyanyikan rakyat Kamboja saat itu,” ungkapnya.
Presiden Soekarno dan Raja Sihanouk diketahui pertama kali bertemu pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Keduanya memiliki pandangan politik yang sama untuk menggelorakan semangat anti-penjajahan dan mendukung kemerdekaan.
“Mereka menentang perang dingin dan tidak menghendaki negara di Asia-Afrika untuk berpihak. Negara Asia-Afrika harus bebas menentukan sikapnya dalam melakukan hubungan internasional,” kisah Puan Maharani.
Pada bagian lain Puan Maharani berharap, hubungan mesra masa silam antara Indonesia dan Kamboja terus berlanjut.
“Saya berharap Indonesia dan Kamboja terus memperkuat hubungannya secara bilateral maupun secara regional dengan negara ASEAN lainnya, termasuk di bidang ekonomi, sosial dan politik,” tutur Puan Maharani. (Sander)