JAKARTA, Koranmadura.com – Nilai neraca perdagangan Indonesia 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar US$ 54,46 miliar. Surplus neraca perdagangan 2022 merupakan rekor surplus terbesar selama ini.
“Saya bersyukur, surplus neraca perdagangan 2022 sebesar US$ 54,46 miliar merupakan rekor terbesar selama ini. Neraca perdagangan ini didorong kinerja ekspor 2022 yang juga mencetak rekor baru dengan nilai sebesar USD 291,98 miliar,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (17/1/2023).
Mendag mengungkapkan, di penghujung tahun 2022, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada Desember 2022 sebesar US$ 3,89 miliar. Surplus terdiri atas perdagangan nonmigas sebesar US$ 5,61 miliar dan defisit perdagangan migas US$ 1,73 miliar. Surplus ini masih melanjutkan tren surplus bulanan ke-32 secara beruntun sejak Mei 2020.
Surplus perdagangan tersebut disumbang oleh beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus terbesar dengan nilai sebesar US$ 1,11 miliar, diikuti India sebesar US$ 0,98 miliar, dan Filipina sebesar US$ 0,87 miliar. Pada Desember 2022, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 23,83 miliar. Nilai tersebut turun 1,10% dibanding November 2022 (MoM), namun tetap naik 6,58 % dibanding Desember 2021 (YoY).
Penurunan disebabkan melemahnya ekspor nonmigas sebesar 2,73 % MoM. Sedangkan ekspor migas tetap naik migas sebesar 32,46% MoM. Penurunan nilai ekspor nonmigas Desember 2022 terjadi karena adanya pelemahan pada seluruh sektor. Pada periode ini, ekspor sektor pertanian turun sebesar 12,09%, ekspor sektor industri pengolahan turun sebesar 1,12%, dan ekspor sektor pertambangan mengalami pelemahan sebesar 6,61% MoM.
Pelemahan ekspor Desember 2022 dipicu penurunan ekspor beberapa produk, antara lain kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) turun 22,11%, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 20,90%, logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 11,61%, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) turun 10,67%, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 9,47% MoM. Di tengah pelemahan ekspor ini, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan.
Produk tersebut diantaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik 61,35 %, nikel dan barang daripadanya (HS 75) yang naik 41,50 %, serta serat stapel buatan (HS 55) yang naik 24,45% MoM. Peningkatan ekspor timah dan nikel dipicu oleh peningkatan harga timah dan nikel pada Desember 2022 masing-masing sebesar 13,76% dan 13,24% MoM.
Mendag Zulkifli Hasan juga mengungkapkan, Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Pada Desember 2022, nilai ekspor nonmigas negara mitra tersebut tercatat sebesar sebesar US$ 9,92 miliar dan berkontribusi sebesar 44,39% terhadap ekspor nonmigas nasional.
Adapun beberapa negara lain tujuan ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan ekspor pada Desember 2022 antara lain Spanyol yang naik 91,84 %, Pakistan naik 58,36%, Inggris naik 48,34%, Vietnam naik 21,63%, dan Singapura naik 16,66%.
“Ditinjau dari kawasan, penguatan ekspor nonmigas terbesar terjadi ke Asia Barat yang naik 207,93%, Eropa Utara (34,12% MoM) dan Eropa Selatan (15,08% MoM),”ujar Mendag Zulkifli Hasan.
Secara kumulatif, total ekspor selama periode 2022 tercatat mencapai US$ 291,98 miliar atau meningkat 26,07% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 25,80% (YoY) menjadi US$ 275,96 miliar dan ekspor sektor migas yang naik 30,82% (YoY) menjadi sebesar 16,02 miliar. (Kunjana)