JAKARTA, Koranmadura.com – Mayoritas masyarakat Indonesia memiliki sikap negatif pada Israel. Dan, dalam konflik Israel dan Palestina, mayoritas rakyat Indonesia menempatkan Israel sebagai pihak yang bersalah.
Demikian temuan studi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang disampaikan Profesor Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ episode “Sikap Publik terhadap Israel” yang disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV pada Kamis, 20 April 2023.
Saiful menjelaskan, SMRC memiliki survei opini publik pada Mei 2022 sebelum muncul isu kehadiran Israel di Piala Dunia U 20. Dalam survei ini, dimunculkan negara-negara yang mewakili peradaban dunia. Hipotesis Saiful Mujani menyebutkan bahwa suka dan tidak suka pada sebuah negara dipengaruhi oleh kesamaan atau perbedaan latar belakang peradaban.
“Dalam studi peradaban dunia, Israel biasanya dimasukkan dalam kelompok peradaban Judeo Kristiani, dekat dengan negara-negara Barat. Peradaban Kristen diwakili oleh negara paling besar, Amerika Serikat. Peradaban Islam diwakili oleh Arab Saudi. Peradaban Hindu diwakili oleh India. Sementara RRC mewakili peradaban Konfusianisme dan Buddhisme. Terakhir adalah Jepang. Dalam studi ini, ada satu peradaban yang belum terwakili, yakni peradaban Ortodoks, seperti Rusia atau Eropa Timur,” kata Saiful Mujani.
Survei ini menunjukkan yang suka pada Israel hanya 20 persen, sementara yang tidak suka 69 persen. Yang netral atau tidak bersikap 11 persen. Sikap ini terbalik pada kasus Arab Saudi.
Yang menyatakan sangat atau cukup suka pada Arab Saudi sebesar 87 persen, yang kurang atau tidak suka sama sekali hanya 6 persen, dan yang tidak bersikap 8 persen. Yang menyatakan suka pada Jepang 62 persen, tidak suka 25 persen, tidak jawab 12 persen.
Ada 52 persen suka pada Amerika Serikat, 33 persen tidak suka, dan tidak jawab 15 persen. Yang suka pada India 63 persen, tidak suka 25 persen, tidak jawab 12 persen. Sementara yang suka pada RRC 50 persen, tidak suka 38 persen, dan tidak jawab 12 persen.
Tingkat kesukaan publik Indonesia terhadap Arab Saudi sangat besar. Saiful menyatakan bahwa jika yang dinalisis hanya orang Islam, yang non-Islam dikeluarkan dari analisis, mungkin yang suka pada Arab Saudi menjadi 95 atau 100 persen.
“Data ini menunjukkan bahwa persamaan dan perbedaan latar belakang peradaban mempengaruhi sikap publik Indonesia. Kenapa suka pada Arab Saudi, salah satu hipotesisnya adalah karena peradabannya sama, yakni peradaban Islam,” jelas pendiri SMRC tersbut.
Selain aspek peradaban, Saiful juga melihat aspek konflik Israel-Palestina juga menjadi faktor yang berpengaruh pada sikap publik Indonesia. Ini terbukti pada sikap publik pada Amerika Serikat yang mewakili peradaban Kristiani. Walaupun yang suka tidak sebesar Arab Saudi, tapi yang suka pada Amerika sebesar 52 persen, jauh lebih besar dari yang suka pada Israel.
Saiful menilai bahwa lepas dari kekisruhan tentang keputusan FIFA soal tuan rumah Piala Dunia U20, dasarnya masyarakat Indonesia memang tidak positif pada Israel.
Terkait konflik Israel dan Palestina, menurut survei SMRC ini, 84 persen rakyat Indonesia mengetahui peningkatan konflik tersebut. Yang tidak tahu hanya 16 persen. Dari yang mengetahui, 58 persen menyatakan bahwa Israel adalah pihak yang salah dalam konflik tersebut, hanya 10 persen yang menyebut Palestina, 12 persen keduanya, dan 21 persen tidak menjawab.
Berdasarkan data ini, kebijakan pemerintah sejauh ini tentang Israel memiliki akar sosiologis yang kuat. Karena itu, kalau pemerintah ingin mengubah kebijakan tersebut, itu adalah sesuatu yang tidak gampang. Misalnya jika Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel, ada potensi dampak sosial karena besarnya sentimen negatif pada Israel di tingkat massa.
“Terlepas dari rencana Piala Dunia U 20 yang melibatkan timnas Israel itu, dasarnya masyarakat kita memang memiliki sentimen yang kurang positif terhadap Israel,” kata guru besar ilmu politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta itu. (Sander)