JAKARTA, Koranmadura.com – Panasnya situasi politik menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 membuat cerita-cerita lama dibuka kembali, termasuk hubungan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hubungan kedua tokoh ini sekarang sedang panas. Penyebabnya, Megawati sudah memilih Ganjar Pranowo maju sebagai calon presiden (Capres) pada Pemilu Presiden 2024. Dia sudah dipasangkan dengan Mahfud MD sebagai calon wakil presiden (Cawapres).
Sementara Prabowo Subianto juga maju lagi sebagai Capres untuk keempat kalinya. Dia bertarung di Pilpres sejak 2009.
Hubungan Prabowo dengan Megawati ini semakin tegang karena dia “menculik” keluarga Jokowi dari PDI Perjuangan. Dia menggandeng putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai Cawapresnya.
Padahal, baik Jokowi maupun Gibran Rakabuming Raka adalah kader-kader terbaik PDI Perjuangan.
Dengan “menculik” Jokowi dan Gibran, Prabowo seolah mengkhianati, melukai, dan melupakan jasa Megawati Soekarnoputri terhadapnya. Ya, Prabowo berkelakuan seperti kacang lupa kulit pada Megawati.
Padahal, setelah peristiwa 1998, Prabowo Subianto luntang lantung di luar negeri dengan status tanpa kewarganegaraan (stateless). Ia pernah tinggal di Yordania.
Megawati Soekarnoputri yang menjadi presiden setelah Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diturunkan, kemudian memanggil pulang Prabowo Subianto.
“Saya marah sebagai presiden, siapa yang membuang beliau stateless? Ini saya bukan cari nama. Tanya kepada beliau. saya marah pada Menlu. Saya marah pada Panglima. Apa pun juga, beliau manusia Indonesia pula. Beri dia. Begitu itu tanggung jawab,” cerita Megawati beberapa tahun silam.
Video pidato Megawati yang menceritakan tentang bagaimana Prabowo dipulangkan ke Indonesia beredar kembali di media sosial TikTok dalam beberapa hari terakhir ini.
Dalam video itu, narator mengutip cerita pengamat politik Muhammad Qodari perihal bantuan Megawati dan keluarganya terhadap Prabowo Subianto.
Diceritakan bahwa Prabowo Subianto menelepon Taufiq Kiemas, suami Megawati dari luar negeri. Ia meminta bantuan Taufiq Kiemas untuk memulangkannya ke ke Indonesia karena hidupnya cukup sengsara di sana.
Namun Prabowo masih takut pulang ke Tanah Air karena takut terjerat hukum menyusul kasus penculikan aktivis dan penembakan mahasiswa pada 1998.
Taufiq Kiemas meminta Prabowo Subianto untuk tidak takut pulang karena Megawati sebagai presiden memberi jaminan keamanan terhadapnya.
Singkat cerita, Prabowo Subianto pun kembali ke Tanah Air. Bahkan sesampai di Indonesia Megawati dan Taufiq Kiemas mengusulkan kepada Prabowo untuk mendirikan partai politik.
Maka pada 2008, Prabowo mendirikan Partai Gerindra yang mula-mula menjadi organisasi masyarakat sebelum kemudian menjadi partai politik.
Lalu pada Pilpres 2009, Megawati menggaet Prabowo Subianto sebagai Cawapresnya pada Pilpres 2009. Namun mereka kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Budiono.
Pada 2014 dan 2019, Prabowo Subianto bertarung melawan Jokowi yang dipilih Megawati sebagai Capres . Dua kali pula Prabowo kalah dari Jokowi.
Menjelang Pilpres 2024, Prabowo sepertinya tidak mau kalah lagi dari Megawati. Namun cara yang dia pakai tidak elegan.
Dia menculik keluarga Jokowi dari genggaman Megawati Soekarnoputri. Tindakan ini membuat hubungan Megawati/PDI Perjuangan dengan keluarga Jokowi menjadi tegang dan tampak tidak harmonis.
Karena itu tindakan licik dinilai sebagai sikap pengkhianatan Prabowo terhadap Megawati. Bukan hanya itu, Prabowo seperti membalas susu yang diberikan Megawati dengan air tuba.
Namun, apakah ketegangan ini akan langgeng, atau hanya terjadi pada Pemilu saja? Kita tunggu saja setelah Pilpres 2024 usai. (Sander)