SUMENEP, koranmadura.com – Di pelosok Desa Beringin, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura, berdiri sebuah gubuk bambu reot yang menjadi saksi bisu penderitaan seorang perempuan bernama Arbami. Selama lebih dari 25 tahun, Arbami menjalani hidup dalam keterbatasan fisik dan batin, terkurung dalam sunyi yang panjang dan nyaris tanpa harapan.
Wajahnya pucat dan murung, sorot matanya kosong tanpa semangat hidup. Rambutnya terurai tak terurus. Arbami lumpuh dan tak mampu berjalan sejak dua dekade lebih. Ironisnya, tak seorang pun benar-benar tahu penyakit atau trauma yang membuatnya seperti ini.
“Dia mulai seperti itu setelah suaminya meninggal. Tidak bisa berjalan, makanya saya bawa pulang,” ujar Mastuya, satu-satunya adik kandung Arbami.
Kini, Arbami bergantung sepenuhnya pada Mastuya yang juga hidup dalam kesederhanaan bersama suami dan keempat anaknya. Penghasilan mereka tidak menentu. Namun di tengah kondisi sulit itu, negara tampaknya absen. Tidak ada bantuan rumah tidak layak huni (RTLH), Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), ataupun bantuan rutin lainnya.
“Selama ini hanya pernah dapat uang Rp300.000 saat masa pandemi Covid-19. Setelah itu tidak pernah ada bantuan lagi,” tambah Mastuya.
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (Laziznu) Cabang Sumenep turut melakukan penelusuran dan membenarkan bahwa Arbami tidak tercatat sebagai penerima bantuan pemerintah.
“Negara seharusnya hadir dalam kondisi seperti ini. Kebutuhannya sangat dasar: makanan, pakaian, dan akses layanan kesehatan,” ujar A. Quraisyi, perwakilan Laziznu PCNU Sumenep.
Laziznu sempat mencoba pengobatan dengan pendekatan thibbun nabawi (pengobatan ala Nabi), dan sempat terlihat sedikit respons dari tubuh Arbami. Sayangnya, tanpa pendampingan medis intensif dan terapi fisik berkelanjutan, kemajuan sulit dicapai.
“Kami sedang menjembatani komunikasi dengan pemerintah desa, Dinas Sosial, dan pendamping PKH agar bisa memberikan intervensi lebih serius,” lanjut Quraisyi.
Sebagai langkah awal, Laziznu menyerahkan bantuan sembako, empat ekor ayam, dan uang tunai untuk meringankan beban hidup Arbami dan keluarga. (FATHOL ALIF/DIK)