BANGKALAN – Kesulitan mendapatkan air bersih akibat kemarau panjang yang dialami warga di 17 kecamatan di kabupaten Bangkalan semakin terasa. Sejak bulan Juni lalu, warga harus berjalan jauh untuk mendapatkan sumber air bersih.
Bagi yang mempunyai modal yang cukup, warga pun tak segan membeli kebutuhan air. Seperti yang dialami oleh warga Desa Glintong Kecamatan Klampis yang setiap hari kesulitan mendapatkan air bersih. Masyarakat yang hidup di sana kesulitan mendapatkan air, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Debit air yang ada hanya sedikit. Masyarakat pun harus rela berjalan kiloan meter untuk mendapatkan air bersih.
Masalah tersebut merupakan masalah tahunan yang tidak pernah ada penyelesaian. Meski pun ada bantuan droping air bersih, tetapi tidak bisa mengurangi kesulitan warga lantaran air yang dikirim tidak setiap hari. Tak jarang, masyarakat harus berjalan kiloan meter dengan membawa jerigen untuk memenuhi kebutuhan air di sumur yang tersisa. Bahkan, sebagian warga membeli air seharga Rp 120 ribu per pik up. Biasanya warga membeli dari warga lain yang biasa memasok air dikawasan tersebut.
“Kebutuhan air bersih setiap hari, pengiriman yang dilakukan tidak intens, sehingga warga membeli sendiri kebutuhan air bersih,” kata Holisin warga Dusun Glintong Laok, kemarin (7/10).
Sejak memasuki musim kemarau bulan Juni warga kesulitan air bersih. Semua mata air yang ada sudah surut. Dirinya pun harus mencari air sampai di desa lain untuk memenuhi pasokan air didesanya. Sementara sawah milik petani di Desa itu pun mengalami kekeringan akibat kurangnya pasokan air bersamaan musim kemarau saat ini.
“Mata air di Kampung yang masih tersisa airnya sudah jarang. Itu pun kalau memaksa harus berdesakan dan antre dengan warga lain,” terangnya.
Sementara itu, Kepala BPBD Bangkalan, Wahid Hidayat mengatakan, sejak Juli lalu Madura telah ditetapkan sebagai daerah kering pada masa kemarau kali ini. September baru ditetapkan sebagai daerah darurat kekeringan oleh BMKG.
“Maksimal akhir Oktober penetapan darurat kekeringan. Setelah itu, mudah-mudahan hujan bisa turun di Bangkalan,” harapnya.
Dia menjelaskan, jumlah desa yang ditetapkan menjadi siaga darurat pun bertambah. Dari 41 desa siaga darurat menjadi 68 desa darurat kekeringan yang tersebar di 17 kecamatan. Penambahan desa darurat tersebut menyusul debet air di desa tersebut sudah banyak mengalami penurunan.
“Nanti kami lakukan MoU kembali dengan PDAM, terkait penyelesaian warga yang kesulitan air bersih. Pasalnya, droping air memang kurang karena keterbatasan sarpras,” akunya.
Dia menerangkan, sejak Agustus, sudah 300 tanki air dikirim ke desa-desa. Rencananya pada tahun ini ada bantuan mobil tanki untuk Bangkalan, tetapi daerah yang lebih parah kekeringannya ternyata lebih dirasakan oleh kab Pasuruan, sehingga dialihkan ke kabupaten tersebut.
“Kalau daerah sudah Darurat kekeringan, kondisinya sudah kritis. Namun, kalau hanya siaga dampaknya tidak begitu fatal. Untuk itu, saat ini memang masyarakat benar-benar merasa kesulitan bantuan air,” jelasnya. MOH RIDWAN/RAH