JAKARTA – Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) menilai media massa masih pilih kasih dalam pemberitaan terkait perempuan. Hal itu terlihat dari sudut pandang penulisan artikel terkait kasus-kasus perempuan.
“Banyak pemberitaan tentang perempuan dan jurnalis perempuan dipandang sebelah mata dan tidak diusut tuntas. Bagaimana kawan-kawan juga harus bisa adil menyuarakannya. Kita berharap keseimbangan dalam pemberitaan perempuan, sehingga media sebagai salah satu kontrol sosial bisa berjalan,” kata Perwakilan KPI, Bayu Sustiwi dalam orasinya di World Press Freedom Day 2015 di Taman Menteng, Jakarta, Pusat, Minggu (3/5).
Bayu juga menyebutkan dalam menyuarakan pemberitaan, jurnalis harus punya kebebasan. Tak hanya itu, hak-hak jurnalis perempuan juga harus dipenuhi.
“Berharap hak jurnalis perem-puan bisa terpenuhi. Jurnalis juga harus punya kebebasan untuk menyuarakan dan tidak terpengaruh oleh pemilik modal,” paparnya.
Selama ini ia menilai pemilik modal dalam industri media massa masih cukup kuat mempengaruhi pemberitaan. Terutama dalam hal yang berkaitan dengan politik khususnya pemilu.
Sementara, Ketua Bidang Advokasi AJI, Iman D Nugroho menyebutkan ada 37 kasus kekerasan pada jurnalis dalam medio 3 Mei 2014-3 Mei 2015. Kasus kekerasan tersebut dilakukan oleh banyak pihak dengan berbagai latar belakang.
“Dari 37 kasus kekerasan, ada 11 kasus yang jumlahnya paling besar dan itu dilakukan oleh pihak kepolisian. 6 dilakukan oleh orang tidak dikenal, 4 massa, 4 dilakukan oleh satpam, keamanan, satpol PP, 4 oleh warga biasa, 2 dilakukan oleh preman, dan selebihnya 1 yang dilakukan oleh tim advokasi, staf DPRD, mahasiswa, anggota DPRD, bupati, dan bahkan dokter,” kata Iman.
Iman menyerukan polisi sebagai musuh terbesar kebebasan pers Indonesia. Hal itu akibat banyaknya kasus kekerasan terhadap jurnalis yang mereka lakukan.
“Maka kami tetapkan musuh bersama kebebasan pers Indonesia adalah Kepolisian Republik Indonesia. Ini bukan tanpa alasan, karena data menyebutkan ada 11 kasus yang dilakukan polisi sejak 3 Mei 2014-3 Mei 2015,” tutupnya.
(GAM/AJI)