SUMENEP, koranmadura.com – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sumenep A. Fatoni menegaskan, meniggalnya Adit, pasien Puskesmas Lenteng asal Desa Lenteng Timur, bukan akibat lambannya penanganan medis. Melainkan karena sudah takdir Tuhan.
”Secara prosedur kami benar. Karena pada saat dibawa ke puskesmas, kondisi pasien sudah parah,” dalihnya, Rabu (28/10) saat dimintai tanggapan mengenai meninggalnya pasien Puskesmas Lenteng, karena ditengarai kelalaian petugas.
Anak pasangan Tayyib dengan Fatimah itu diduga menderita panyakit sesak nafas. Penyakit Adit kambuh saat di rumahnya, sehingga keluarga korban membawanya ke puskesmas untuk mendapat perawatan medis. Hanya saja sesampainya di Puskesmas Lenteng, korban hanya ditangani oleh perawat. Sebab, saat itu, dokter yan biasa stand by setiap waktu tidak ada di ruang kerjanya.
”Kondisi korban sudah parah. Saat itu pihak korban meminta agar perawat itu segera memberikan oksigen. Tapi perawatnya tidak berani karena tidak ada dokter,” terang Hanafi, tetangga korban yang ikut mengantarkan korban ke Puskesmas Lenteng, Selasa (27/10).
Karena lama tidak mendapat penanganan medis, sementar kondis pasien semakin memburuk, pihak keluarga meminta agar dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. H. Moh. Anwar. Hanya saja, saat akan dirujuk mobil ambulans tidak ada sopirnya. Sehingga keluarga pasien terpaksa mencari sopir sendiri.
Sayangnya, setelah keluarga pasien menemukan sopir, dan hendak dirujuk ke RSD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, nyawa pasien sudah tidak tertolong. ”Sebenarnya, sopir ambulans harus ada setiap waktu. Kalau seperti ini kan sama halnya pihak puskesmas lalai,” tuding Hanafi.
Menanggapi hal itu, Fatoni mengatakan, Adit sesampainya di puskesmas langsung mendapat perawatan medis oleh perawat dan dokter. ”Enggak, ada kok dokternya. Bahkan meninggalnya pasien itu saat hendak mau dirujuk ke RSD,” terangnya.
Menurutnya, sesuai prosedur kedokteran, pasien tidak diperkenankan untuk dirujuk sebelum mendapat perawatan dan kondisi pasien dipastikan aman selama perjalanan. Sebab, apabila hal itu terjadi, dikhawatirkan kondisi pasien dalam perjalanan semakin parah.
Disinggung soal tidak adanya sopir ambulans saat hendak dirujuk ke RSD Dr. Moh Anwar, Fatoni juga membantah. Sebab, di puskesmas saat ini sudah ada sopir tetap yang siap mengoperasikan mobil ambulans selama diperlukan. ”Enggak kok, di sana sudah ada sopirnya,” elaknya.
Sebelumnya, Kepala Puskesmas Lenteng Rifmi Utami mengatakan, puskesmas tidak memiliki sopir ambulans definitif. Selama ini sopir ambulans masih mengandalkan tenaga piket yang ada di puskesmas. ”Kalau dibutuhkan pagi, maka yang piket pagi yang biasanya menjadi sopir. Tapi kalau tidak ada yang bisa nyopir kami bayar orang,” tukasnya.
Sementara paman Adit, Hamid mengatakan, kondisi Tayyib dengan istrinya Fatimah masih belum pulih seperti biasanya. ”Hingga saat ini masih shock berat,” katanya, kemarin kepada Koran Madura.
Hal itu membuat dirinya bersama keluarga merasa kelimpungan. Sehingga, hinga saat ini masih belum bisa menentukan langka yang akan ditempuh untuk menyelesaikan dugaan meninggalnya adik iparnya itu.
Disinggung akan menempuh jalur hukum, pihaknya juga tidak bisa memastikan. Hanya saja upaya tersebut bisa dilakukan apabila disetujui oleh sanak keluarga yang lain. ”Kami tidak akan gegabah. Karena kami masih akan musyawarah terlebih dahulu,” terangnya.
Untuk diketahui, pada Selasa (27/10), Adit (10) warga Desa Lenteng Timur, Kecamatan Lenteng, meninggal dunia saat dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat. Meninggalnya anak yang saat ini masih duduk dibangku sekolah dasar (SD) itu diduga karena lambannya penanganan medis yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
(JUNAIDI/MK)