
Penulis : Dr. Abdul Wahid Hasan
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan : Pertama, Agustus 2015
Tebal : 252 halaman
ISBN : 978-602-255-956-6
Banyak masyarakat, terutama dikalangan Nahdliyin, menganggap bahwa KH. Abdurahman Wahid atau Gus Dur merupakan seorang wali dengan spiritual istimewa. Label kewalian yang disematkan kepada Gus Dur ini tentu berdasarkan pada fenomena-fenomena yang luar biasa, bahkan tidak bisa dinalar dengan akal sehat sekalipun.
Anggapan bahwa Gus Dur merupakan seseorang yang memiliki tingkat spiritual tinggi tidak hanya datang dari kalangan muslim yang ada di dalam negeri saja, terutama Jawa-Madura, akan tetapi juga dari kalangan non-muslim luar negeri.
Lantas, bagaimana Gus Dur membangun dunia sprirituanya? Jawabannya ialah bahwa dunia spiritual Gus Dur terbentuk oleh berbagai hal dalam perjalanan panjang hidupnya. Baik lewat pengalaman pribadi maupun dari hasil belajar kepada orang lain yang mempunyai spiritual tinggi. Tidak hanya dari kalangan muslim saja, tetapi juga dari kalagan agama-agama lain.
Gus Dur seringkali bertemu dengan para kiai, ulama, dan para waskita. Bersama ahli spiritual tersebut, gus dur berbincang, mengamati dan merefleksikan hasil pertemuan tersebut secara lebih mendalam. Akhirnya perilaku luhur mereka meresap ke dalam hati dan jiwa Gus Dur. Sehingga pada gilirannya, mereka pun akan menginspirasi semua gerakan perjuangan keislaman dan kemanusiaan yang Gus Dur lakukan (hlm. 125).
Dalam pengantar Prof. Dr. Abd A’la, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, mengatakan bahwa model spiritual Gus Dur ialah spiritual humanis. Model spiritual humanis ini merupakan hasil kolaborasi dari pengalaman dan pendalamannya terhadap kitab-kitab tasawuf seperti Al-hikam-nya Ibn ‘Athaillah, Ihya’ Ulum al-Din-nya Al-Ghazali (termasuk juga karyanya yang lain), Confrence of the Birds-nya Fariduddin Attar, Wasaya-nya Al-Muhasibi, dan yang lainnya. Kemudian dikolaborasikan dengan buku sosialis-komunis dan sekuler yang ditulis oleh para intelektual seperti karya Ernest Hemingway, John Steinbach, Wiliam Faulkner, Johan Huizinga, Andre Malraux, bahkan karya Lenin yang berjudul What is To Be Done (hal. 14).
Akhirnya, buku yang berjudul lengkap Gus Dur; Mengarungi Jagat Spiritual Sang Guru Bangsa ini patut dibaca seluruh masyarakat Indonesia, terutama kalangan yang merindukan Gus Dur. Sebab, di dalamnya menyajikan sisi spiritual sebagai cucu KH Hasyim Asy’ari yang patut dijadikan sumber pembelajaran. Mengingat pula aspek spiritual merupakan hal penting bagi bekal generasi penerus bangsa di tengah arus kehidupan modern kini. [*]
Oleh: Jumadi
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan aktif di Samoedra Aksara Institute Yogyakarta.