SAMPANG | koranmadura.com – Wacana program sekolah sehari penuh (full day school) yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy mendapat penolakan dari PCNU Sampang. PCNU menyebarkan spanduk penolakan di persimpangan Jalan Jamaludin, Kota Sampang, Kamis (25/8).
Sekretaris PCNU Sampang Mahrus Zamrowi mengatakan, aspirasi penolakan full day school bukan hanya dilakukan di Sampang melainkan di empat Kabupaten se-Madura. Menurutnya, penolakan itu berdasarkan hasil kesepakatan saat pertemuan PCNU se-Madura yang dilaksanakan di Kabupaten Bangkalan pada Senin (8/16) lalu di pondok Syeichona Kholil Bangkalan.

“Kami dari PCNU se-Madura telah sepakat untuk mengeluarkan aspirasai penolakan di berlakukannya full day school,” paparnya kepada Koran Madura.
Tidak hanya itu, penolakan bukan hanya berupa pemajangan spanduk melainkan juga melayangkan surat keberatan kepada pemerintah Provinsi dan Pusat melalui pempinan Korda di Bangkalan.
“Kami juga layangkan surat penolakan kepada pemerintah Provinsi dan Pusat atas penolakan full day school ini,” tegasnya.
tidak cocoknya penerapan full day school di Madura, kata Mahrus lantaran terbentur terhadap pendidikan madrasah diniyah yang sebagian besar juga merupakan siswa lembaga pendidikan SD, SMP dan SMA. Akibatnya, akan terjadi kosongnya murid di lembaga madrasah diniyah itu sendiri. Sebab waktu belajar madrasah diniyah berada di pukul 13.30 hingga 16.00 wib.
“Jika di terapkan full day school. Siswa madrasah diniyah akan kosong. Makanya penerapan sitem itu perlu kajian yang panjang dan juga melibatkan semua ormas,” imbuhnya.
Di sisi lain, penolakan itu bukan hanya dilakukan di ormasnya melainkan juga di ormas lainnya seperti Muhammadiyah yang juga memiliki anak didik madarasah diniyah.
Sebelumnya, Wakil Bupati Sampang Fadhilah Budiono mengatakan, sistem full day school belum waktunya diterapkan. Apalagi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sampang. Sebab beberapa siswa juga menjalani pendidikan diniyah. Sehingga belum pas dengan karakter siswa.
“Kalau di Sampang itu tidak pas, butuh kajian yang panjang. Jadi belum waktunya menerapkan full day school,” paparnya. (MUHLIS/LUM)