PAMEKASAN, koranmdura.com – Pengrajin batik di Kabupaten Pamekasan, merasa kecewa atas sikap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat. Salah satu penyebabnya lantaran membiarkan pejabat menggunakan batik impor dari Cina, yaitu batik printing.
Hal ini disampaikan Ketua Paguyupan Batik Tulis Wilayah Kecamatan Palengaan, Ali. Menurutnya, saat ini batik printing sudah menyebar luas di pasar tradisional. Bahkan banyak pejabat yang sudah menggunakan batik tersebut.
“Mungkin, selama ini pemerintah dan masyarakat tidak tahu batik printing itu dari mana. Ternyata itu impor dari Cina,” kata Ali, Kamis, 17 November 2016.
Selama ini, batik tulis khas Pamekasan belum mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah. Padahal, kualitas batik hasil buatan masyarakat Kota Gerbang Salam jauh lebih berkualitas dari batik printing.
“Tidak ada perhatian dari Pemkab, Mas, seharusnya pejabat itu menggunakan batik tulis khas Pamekasan. Bukan impor,” ungkapnya.
Semestinya, lanjut Ali, pemerintah berperan aktif serta memberikan kontribusi dalam membantu batik lokal bersaing dengan batik luar daerah. Termasuk printing. “Batik Impor ini sangat mengancam pasar batik tulis khas Pamekasan,” jelasnya.
“Batik tulis khas Pamekasan hanya kalah promosi dan pasar saja, kalau kualitas sangat unggul,” bebernya.
Oleh karena itu, Ali meminta Pemkab Pamekasan membantu pengrajin dan pengusaha batik untuk mencarikan pasar yang pas, agar batik tulis khs Pamekasan bersaing dengan batik lainnya.
“Kami berharap pemerintah tidak menutup mata atas kondisi batik di Pamekasan. Juga kami harapkan pemerintah berperan untuk memajukan batik tulis Pamekasan,” harapannya.
Sayangnya, hal ini belum mendapatkan respons dari Pemkab Pamekasan. (RIDWAN/MK)
