MANILA, koranmadura.com – Lerby Eliandry pernah merasa sangat tersudutkan ketika membela tim nasional (timnas) Indonesia. Namun, dengan kekuatan doa dan usaha keras terus-menerus, dia mampu meredam banjir kritik yang melanda dirinya.

Cerita tersebut tidak pernah diutarakan Lerby dalam sesi wawancara bersama media selama Piala AFF 2016 di Filipina.
Striker berusia 24 tahun itu baru berani menceritakan tentang betapa besar tekanan timnas ketika melakukan kesaksian di gereja. Dia beribadah dengan Indonesian Christian Fellowship di ACCM Building, Makati, Minggu (20/11/2016).
Tekanan terasa sangat berat ketika Lerby gagal mencetak gol dalam empat pertandingan uji coba menjelang Piala AFF. Dia diterpa gelombang kritik dari publik.
“Mereka mengatakan, saya tidak pantas berada di tim Indonesia. Namun, inilah impian saya. Saya juga mengetahui, Tuhan menempatkan saya karena memiliki rencana dan ada yang bisa saya lakukan untuk timnas,” tutur Lerby di atas mimbar.
“Saya menangis dan berdoa dalam kamar, ‘Tuhan, Engkau menempatkan saya di sini. Mengapa tidak mencari striker lain yang lebih bagus dan berpengalaman?’ Tuhan menjawab itu semua semalam. Tuhan memberikan saya satu gol ke gawang Thailand dan itu gol pertama saya di timnas,” ucap dia.
Tidak cuma karena nada sumbang, Lerby juga merasa kecewa karena sering dibandingkan dengan penyerang Indonesia lainnya, Irfan Bachdim.
Padahal, keduanya tidak terlibat rivalitas panas. Bahkan, diklaim Lerby, Bachdim adalah sosok teman.
“Kami saling mendukung. Namun, orang luar tidak mengetahui. Terasa sangat sakit buat saya,” tutur Lerby.
Meski begitu, Lerby tidak menaruh dendam terhadap Bachdim. Buktinya, dia malah mendedikasikan golnya ke gawang Thailand, Sabtu (19/11/2016), buat Bachdim, yang gagal berangkat ke Filipina karena cedera.
Sumber: KOMPAS.com
