SAMPANG, koranmadura.com – Mahfud MD, Guru besar pakar hukum Tata Negara asli kelahiran Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura Jawa timur, datang ke rumah duka Ahmad Budi Cahyanto di Kampung Pliyang, Desa Tanggumong, Kecamatan kota, Minggu 4 Februari 2018.
Mahfud MD menyatakan ikut berbela sungkawa kepada keluarga almarhum Ahmad Budi Cahyanto, guru honorer di SMAN 1 Torjun yang menjadi korban penganiayaan oleh muridnya sendiri.
“Saya lahir di Sampang, jadi tahu persis proses pendidikan di Madura. Kejadian ini sungguh mengagetkan dan memilukan, mengapa bisa terjadi seorang murid memukul gurunya, apalagi sampai meninggal dunia,” tutur Mahfud MD usai mengunjungi rumah duka.
Menurutnya, pendidikan saat ini berbeda dengan zaman dahulu dimana para murid tidak berani terhadap gurunya. Mereka bersikap hormat terhadap orang yang lebih tua maupun kepada guru. Namun saat ini ada murid justru memukul guru hingga meninggal dunia.
“Dulu waktu saya sekolah, kalau guru marah kepada saya, orang tua malah senang. Bahkan ketika saya pulang justru diantarkan lagi ke guru dan suruh dimarahai lagi. Zaman dulu, tidak ada murid berani sama gurunya. Tapi sekarang zaman sudah berubah, banyak anak hidup glamor dan akhlaknya runtuh sehingga tidak hormat lagi terhadap orang yang lebih tua maupun gurunya,” ujarnya.
Meski begitu, Mahfud menyatakan bahwa peristiwa tidak bisa dijadikan gambaran umum kondisi pendidikan nasional. Menurutnya, kejadian itu hanyalah kejadian insidentil saja.
Bagi Mahfud MD, kejadian dimaksud perlu dijadikan bahan evaluasi bagi semua pihak untuk kembali memperhatikan pendidikan akhlak. Menurutnya melawan kebiasaan jelek yang kini bisa dilihat anak-anak dari internet, tv, medsos, dan saluran-saluran informasi lain sama penting dan sama dahsyatnya dengan perang melawan Belanda di masa lalu.
“Mahasiswa maupun murid banyak yang melecehkan gurunya, tidak punya sopan santun lagi, ini perang yang sesungguhnya bagi bangsa saat ini. Dulu itu perangnya dengan belanda. Tapi sekarang perangnya itu dengan proxi, yaitu merusak mental generasi bangsa,” tegasnya.
Kondisi ini kata Mahfud, harus menyadarkan semu pihak akan pentingnya peran keluarga, tokoh masyarakan dan semua elemen di luar sekolah. Semua elemen harus bahu membahu membina anak sejak kecil agar memiliki ahlak yang baik sejak dini. “Madura ini kan tempat yang baik bagi akhlak dan keagamaan, sangat disayangkan malah pelanggaran yang parah justru terjadi di sini,” terangnya. (MUH/BETH)