SUMENEP, koranmadura.com – Malang benar nasib Mbah Sumiti (70). Selama 20 tahun terkahir ia hidup sebatangkara di Dusun Tarebung Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng Sumenep dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Jangankan untuk belanja ke pasar, untuk makan sehari-hari saja ia harus tergantung pada pemberian orang lain.
Usaha untuk keluar dari jerat kesusahan dan hidup mandiri nyaris tidak mungkin ia lakukan. Sebab fisik perempuan yang biasa dipanggil Mbah Miti ini sudah tidak memungkinkan untuk bekerja mencari nafkah. Tubuhnya sudah tak sekuat masih muda. Usia senja membuatnya sakit-sakitan.
Penderitaannya bertambah memilukan saat rumah yang ia tempati mulai ringkih. Banyak sekali kayu-kayu penopang atapnya yang dimakan rayap, sehingga saat hujan turun, tak jarang air hujan masuk ke dalam kamarnya.
Genting-genting rumah bhangsal ala rumah tradisional Madura itu sewaktu-waktu bisa jatuh, atau bahkan ambruk menimpa Mbah Miti. Namun tentu ia tak dapat memperbaikinya sendiri. Sebab untuk makan sehari-hari saja ia harus menunggu uluran tangan tetangga.
Beruntung MH Said Abdullah bersama Veteranz mau membantu merehabilitasi rumah Mbah Miti tersebut. Sejak Senin, 4 Juni 2018 kemarin beberapa tukang sengaja didatangkan untuk memperbaikinya. “Kita target 10 hari bisa selesai. Pokoknya lebaran musti sudah kelar,” kata MH Said Abdullah melalui Salim Ba’abud, anggota Grup Veteranz, Rabu 6 Juni 2018.
Untuk mengejar target itu, para tukang diupayakan untuk bekerja lembur siang malam. Mereka menurukan genting-genting lama yang sudah mulai rusak dan mengganti kayu-kayunya dengan yang baru dan kuat.
Saat ditanya soal biaya rehab rumah tersebut, pria yang biasa dipanggil Salim itu tak menyebut secara rinci. Bagi Salim, terpenting Mbah Miti menikmati rumah sebelum hari raya idul fitri. “Yang penting rumahnya kembali bisa layak huni dan tidak membahayakan Mbah Miti,” ujarnya. (BETH/SOE)